Sesungguhnya Imajinasi dan Pikiran kita Bebas
Bismillah ...
Setiap jiwa yang bernyawa sejatinya memiliki kisah
Setial jiwa yang merdeka sejatinya pun terperangkap
Setiap jiwa yang terpasung sejatinya pun bebas
Setiap jiwa yang bernyawa, merdeeka dan terpasung oleh imajinasinya.
Setiap jiwa yang bernyawa sejatinya memiliki kisah
Setial jiwa yang merdeka sejatinya pun terperangkap
Setiap jiwa yang terpasung sejatinya pun bebas
Setiap jiwa yang bernyawa, merdeeka dan terpasung oleh imajinasinya.
Menulis adalah cara lain menghadirkan kisah sepanjang perjalanan jiwa. Menjadi pelarian dari hati yang sedang dalam suasana tersendiri.
Menulis mampu menenggelamkan rasa sedih, melarikan diri atas situasi dan kondisi yang dilihat dan dirasa serta didengar.
Menulis mampu menenggelamkan rasa sedih, melarikan diri atas situasi dan kondisi yang dilihat dan dirasa serta didengar.
Ada banyak manusia yang memiliki kemampuan membaca, ada banyak manusia yang memiliki kemampuan menyampaikan, ada banyak manusia yang memiliki buku berjumlah tak terhitung. Tapi sebagian saja dari mereka menghasilkan tulisan.
Menulis kebaikan tentu akan berimbas pada kebaikan. Menulis keburukan juga demikian. Ada banyak jalan seseorang menjadi baik atau buruk, dan tulisan adalah salah satu jalan itu yang kemudian merasuk dalam jiwa dan pikiran seseorangbmelalui indera penglihatanya.
Fisik boleh terpasung, tapi tidak dengan hati dan pikiran. Ada banyak kisah mereka yang terkunci di balik jeruji, namun pikiran dan hatinya bebas menyusup kebanyak jiwa yang fisiknya bebas diluar jeruji.
Menjadi pilihan bagi setiap jiwa, apakah menulis sebagai wujud seorang Hamba, memulai dan mengakhiri dengan niat karena Rabbnya. Sebagai jalan ibadah seorang yang hamba.
Semakin banyak kita tahu maka semakin banyak pula sesungguhnya kita mencari tahu dari ketidak tahuan yang muncul bersembunyi di balik tafsir kita.
Menulislah... Untuk memberi tanda bahwa kita pernah ada. Ada sebagai wujud yang nyata. Bukan hanya sekedar nama. Bagaimana nama yang ada mewariskan kebermanfaatan terhadap umat, kepada generasi setelah kita.
Bukankah agama ini dikenal karena orangya, pribadinya bukan karena benda. Peradaban ada dalam jiwanya bukan pada bendanya.
Kata-kata itu hidup
Kata-kata itu memiliki makna
Kata-kata itu menunjukkan dimensi dalam diri penuturnya.
Kata-kata itu memiliki makna
Kata-kata itu menunjukkan dimensi dalam diri penuturnya.
Yogyakarta, pertengahan Maret 2019
Merri Q Annada
Merri Q Annada
0 comments