Tafsir yang Berbeda
Pernah merasakan.... pengan menghilang dari muka bumi, dan tenggelam saja kedalam lubang yang mampu membuatmu tak terlihat? yaaa atau bersembunyi disekian banyak tumpukan bantal (supaya lebih berasa nyaman) atau berjajar rapi di manekin yang hanya bisa diam dan membisu, tanpa mampu bergerak dan mengendalikan senyuman?
itu mungkin saat yang akan terasa saat semua orang disekitarmu salah paham dengan apa yang kamu tafsirkan, tentang sikapmu, bahasa tubuhmu dan juga tuturmu yang hanya seyogyanya bercanda saja.
hemmm yach semacam dijauhin karena kesalahan tutur, atau dibentak dengan kasar sembari tuduhan dan menerima sikap yang begitu menyudutkan.
semua bisa terjadi karena salah tafsir atas sikap dan juga tutur lisan yang kita sampaikan, ini bukan perkara muda. butuh waktu untuk memperbaikinya. meski boleh saja dalam prosesnya akan berasa kehilangan nilai ketulusan didalamnya. tapi paling tidak menunjukan bahwa yang telah terlewati hanya sebatas salah menafsirkan saja.... huff ini melelahkan sobat. :)
komunikasi verbal maupun non verbal sama-sama punya potensi untuk salah tafsir dalam penerimaannya. jauh disanubari tentu tak mampu orang resapi... jauh didalam saraf otak juga tak akan mampu orang telusuri.
so...
berjalan sajalah terus
melangkahlah terus
karena membuat orang menafsirkan sesuatu yang sama tidak cukup dengan lisan
orang lain memiliki indera penglihatan, pendengaran, indera perasa yang kemudian berkolabarasi dan menyepakati tafsir antara yang telihat, terdengar dan terasa.
pembuktiannya tentu juga harus melibatkan ketiga indera tersebut.
memanggilnya, menyebutnya dan memohon untuk memiliki tafsir yang sama oleh yang Maha Tau akan segala hal adalah jalan yang paling melegakan.
seperti menafsirkan sejuk atau dingin dikala embun hadir.
itu mungkin saat yang akan terasa saat semua orang disekitarmu salah paham dengan apa yang kamu tafsirkan, tentang sikapmu, bahasa tubuhmu dan juga tuturmu yang hanya seyogyanya bercanda saja.
hemmm yach semacam dijauhin karena kesalahan tutur, atau dibentak dengan kasar sembari tuduhan dan menerima sikap yang begitu menyudutkan.
semua bisa terjadi karena salah tafsir atas sikap dan juga tutur lisan yang kita sampaikan, ini bukan perkara muda. butuh waktu untuk memperbaikinya. meski boleh saja dalam prosesnya akan berasa kehilangan nilai ketulusan didalamnya. tapi paling tidak menunjukan bahwa yang telah terlewati hanya sebatas salah menafsirkan saja.... huff ini melelahkan sobat. :)
komunikasi verbal maupun non verbal sama-sama punya potensi untuk salah tafsir dalam penerimaannya. jauh disanubari tentu tak mampu orang resapi... jauh didalam saraf otak juga tak akan mampu orang telusuri.
so...
berjalan sajalah terus
melangkahlah terus
karena membuat orang menafsirkan sesuatu yang sama tidak cukup dengan lisan
orang lain memiliki indera penglihatan, pendengaran, indera perasa yang kemudian berkolabarasi dan menyepakati tafsir antara yang telihat, terdengar dan terasa.
pembuktiannya tentu juga harus melibatkan ketiga indera tersebut.
memanggilnya, menyebutnya dan memohon untuk memiliki tafsir yang sama oleh yang Maha Tau akan segala hal adalah jalan yang paling melegakan.
seperti menafsirkan sejuk atau dingin dikala embun hadir.
Bergumpal Awan Putih dikegelapan Langit Yogya
22 November '16
Qie
0 comments